Ada satu hal menarik yang terjadi dalam sejarah keorganisasian dilingkungan UPY yang patut kita ikuti perkembangannya. Meski sebenarnya hal ini bukanlah sebuah wacana baru dalam sebuah keorganisasian, akan tetapi hampir selalu menjadi masalah besar serta perdebatan sengit diantara para pemegang kekuasaan lembaga organisasi kampus.
Bagaimana jadinya ketika permasalahan yang tadinya tidak ada yang berani mengungkapnya ke permukaan tiba-tiba malah mencuat sedemikian hebat sampai menimbulkan polemik yang cukup berkepanjangan? Sungguh ironis, ketika sejumlah orang berusaha untuk mencari dukungan dalam rangka menuntut kenaikan tentang dana kemahasiswaan untuk lembaga keorganisasian kampus, ternyata harus mendapat penentangan dari beberapa pihak yang ternyata justru diharapkan mendukungnya. Permasalahan yang cukup membuat lembaga kampus UPY seolah kebakaran jenggot dengan sikap aktivis-aktivis mahasiswanya.
Tapi ada satu hal yang menarik pula yang mungkin patut kita perhatikan bahwa, ternyata isu kenaikan dana kemahasiswaan jika ditelaah lebih dalam ibarat 'memancing ikan dengan umpan yang enak, ketika ikan datang, ia tergoda dan terjebak untuk mencaploknya'. Seperti itulah mungkin yang terjadi dalam lembaga keorganisasian yang ada di UPY. Ketika ada segelintir orang yang mencoba mengangkat isu tersebut, dengan serta merta mendapat sambutan hangat dari hampir sebagain perwakilan lembaga kemahasiswaan yang datang pada rapat Dewan perwakilan Mahasiswa kemaren. Bak gayung bersambut, pencuat isu justru malah terus mengompori 'ikan' yang menjadi buruannya untuk terus mengikuti kemana arah pergi umpan yang dilemparkannya.
Tanpa disadarinya, ternyata semakin jauh ikan mengikuti umpan, tiba-tiba sang ikan malah tersadar dengan sendirinya ketika menemukan arus yang sangat bertentang terutama ketika melawan arus lembaga yang justru malah menolak untuk menaikan dana kemahasiswaan. Satu persatu sang ikan malah melemah dan timbul ketidakberdayaan yang pada akhirnya malah timbul berbagai penyesalan disana-sini, tentang kenapa ikan harus terjebak dengan 'umpan' yang di berikan sang pemancing.
Tapi sayang, beras telah terlanjur dimasak, dan bagaimanapun, suka atau tidak suka beras itu harus tetap dimasak meski harus menelan pahitnya keaadan yang justru malah menimbulkan titik-titik perpecahan diantara lembaga kemahasiswaan. Yang menjadi pertanyaan besar dan mendasar adalah, kenapa harus ada kenaikan dana mahasiswa? Sangat penting memang kenaikan itu bagi sebuah organisasi. Tapi seyogyanya kita mau melihat bagaimana kondisi yang sebenarnya, baik dari segi kampus, lembaga dan mahasiswa, mungkin kita harus berikir ulang tentang apa yang menjadi polemik selama ini. Tak bisa dipungkiri dan semua mahasiswa serta lembaga kemahasiswaan tahu benar kondisi kampus seperti apa?
Sudah saatnyakah kita menuntut dan selalu menuntut hak kita sementara kewajiban kita sendiripun masih sering kita kesampingkan? Apa jadinya jika seseorang selalu menuntut dan menuntut tanpa pernah ia menyadari, apa kewajiban yang ia miliki sudah dipenuhi atau tidak? Sejauh mana kewajiban yang diwajibkan kepadanya dipenuhi?
Mungkin ada baiknya kepada teman-teman lembaga kemahasiswaan, ketika ada sebuah wacana kampus yang beredar, tidak serta merta langsung menanggapi dan menyetujuinya, akan tetapi, marilah kita semua belajar dan belajar untuk bisa selalu dan selalu memilih, memilah dan mencari apa yang sebenarnya terjadi sebelum akhirnya kita membuat keputusan. Sebab ketika ludah sudah dimuntahkan ke tanah, tak kan bisa kita jilat lagi, sebab ludah itu akan terinjak dan tercampur bersama elemen yang lain. So...hati-hatilah wahai kawan dalam menyikapi setiap isu yang muncul. Sudah terlalu banyak kawan-kawan kita diluar sana yang terjebak dengan isu-isu yang tidka bertnaggung jawab. Jangan sampai anda menjadi korban berikutnya, sebab pemancing akan lari mana kala buruannya gagal didapat tapi sudah terjerat.
Bagaimana jadinya ketika permasalahan yang tadinya tidak ada yang berani mengungkapnya ke permukaan tiba-tiba malah mencuat sedemikian hebat sampai menimbulkan polemik yang cukup berkepanjangan? Sungguh ironis, ketika sejumlah orang berusaha untuk mencari dukungan dalam rangka menuntut kenaikan tentang dana kemahasiswaan untuk lembaga keorganisasian kampus, ternyata harus mendapat penentangan dari beberapa pihak yang ternyata justru diharapkan mendukungnya. Permasalahan yang cukup membuat lembaga kampus UPY seolah kebakaran jenggot dengan sikap aktivis-aktivis mahasiswanya.
Tapi ada satu hal yang menarik pula yang mungkin patut kita perhatikan bahwa, ternyata isu kenaikan dana kemahasiswaan jika ditelaah lebih dalam ibarat 'memancing ikan dengan umpan yang enak, ketika ikan datang, ia tergoda dan terjebak untuk mencaploknya'. Seperti itulah mungkin yang terjadi dalam lembaga keorganisasian yang ada di UPY. Ketika ada segelintir orang yang mencoba mengangkat isu tersebut, dengan serta merta mendapat sambutan hangat dari hampir sebagain perwakilan lembaga kemahasiswaan yang datang pada rapat Dewan perwakilan Mahasiswa kemaren. Bak gayung bersambut, pencuat isu justru malah terus mengompori 'ikan' yang menjadi buruannya untuk terus mengikuti kemana arah pergi umpan yang dilemparkannya.
Tanpa disadarinya, ternyata semakin jauh ikan mengikuti umpan, tiba-tiba sang ikan malah tersadar dengan sendirinya ketika menemukan arus yang sangat bertentang terutama ketika melawan arus lembaga yang justru malah menolak untuk menaikan dana kemahasiswaan. Satu persatu sang ikan malah melemah dan timbul ketidakberdayaan yang pada akhirnya malah timbul berbagai penyesalan disana-sini, tentang kenapa ikan harus terjebak dengan 'umpan' yang di berikan sang pemancing.
Tapi sayang, beras telah terlanjur dimasak, dan bagaimanapun, suka atau tidak suka beras itu harus tetap dimasak meski harus menelan pahitnya keaadan yang justru malah menimbulkan titik-titik perpecahan diantara lembaga kemahasiswaan. Yang menjadi pertanyaan besar dan mendasar adalah, kenapa harus ada kenaikan dana mahasiswa? Sangat penting memang kenaikan itu bagi sebuah organisasi. Tapi seyogyanya kita mau melihat bagaimana kondisi yang sebenarnya, baik dari segi kampus, lembaga dan mahasiswa, mungkin kita harus berikir ulang tentang apa yang menjadi polemik selama ini. Tak bisa dipungkiri dan semua mahasiswa serta lembaga kemahasiswaan tahu benar kondisi kampus seperti apa?
Sudah saatnyakah kita menuntut dan selalu menuntut hak kita sementara kewajiban kita sendiripun masih sering kita kesampingkan? Apa jadinya jika seseorang selalu menuntut dan menuntut tanpa pernah ia menyadari, apa kewajiban yang ia miliki sudah dipenuhi atau tidak? Sejauh mana kewajiban yang diwajibkan kepadanya dipenuhi?
Mungkin ada baiknya kepada teman-teman lembaga kemahasiswaan, ketika ada sebuah wacana kampus yang beredar, tidak serta merta langsung menanggapi dan menyetujuinya, akan tetapi, marilah kita semua belajar dan belajar untuk bisa selalu dan selalu memilih, memilah dan mencari apa yang sebenarnya terjadi sebelum akhirnya kita membuat keputusan. Sebab ketika ludah sudah dimuntahkan ke tanah, tak kan bisa kita jilat lagi, sebab ludah itu akan terinjak dan tercampur bersama elemen yang lain. So...hati-hatilah wahai kawan dalam menyikapi setiap isu yang muncul. Sudah terlalu banyak kawan-kawan kita diluar sana yang terjebak dengan isu-isu yang tidka bertnaggung jawab. Jangan sampai anda menjadi korban berikutnya, sebab pemancing akan lari mana kala buruannya gagal didapat tapi sudah terjerat.
No comments:
Post a Comment